Senin, 21 November 2016

Imunitas innate

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sistem imun merupakan sistem koordinasi respon biologic yang bertujuan melindungi integritas dan identitas individu serta mencegah invasi organisme dan zat yag berbahaya di lingkungan yag dapat merusak dirinya. Mekanisme imunitas terhadap antigen yang berbahaya meliputi pertahanan fisik dan kimiawi, simbiosis dengan bakteri flora normal, innate imunity serta imunitas spesifik yang didapat.
Tubuh manusia memberi proteksi terhadap seluruh bagian tubuh dengan berbagai mekanisme. Kebanyakan dalam mekanisme tersebut berfungsi sejak waktu kelahiran dan disebut kekebala bawaan yang termasuk didalamnya adalah leukosit`
Kulit yang masih utuh merupakan rintangan yang secara normal tidak dapat ditembus oleh bakteri atau virus, meskipun goresan sangat kecil sekalipun memungkinkan masuknya mikroorganisme
Imunitas innate merupakan mekanisme pertahaan tubuh non-spesifik yang mencegah masuknya dan menyebarnya mikroorgaisme dalam tubuh serta mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan. Pada imunitas innate makrofag dan neutrofil memegang peranan penting sebagai pertahanan pertama dalam melawan mikroorganisme patogen.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengenalan mikroba oleh sistem imunitas innate?
2.      Apa saja komponen imunitas innate?
3.      Bagimana Penghindaran mikroba dari imunitas innate?
4.      Bagaimana peran imunitas innate dalam menstimulasi respon imunitas adaptif?
1.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengenalan mikroba oleh sistem imunitas innate
2.      Mengetahui komponen imunitas innate
3.      Mengetahui Penghindaran mikroba dari imunitas innate
4.      Mengetahui peran imunitas innate dalam menstimulasi respon imunitas adaptif

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengenalan Mikroba oleh Sistem Imunitas Innate
1.      Imunitas alamiah terhadap bakteri ekstraseluler
Respon imun alamiah terhadap bakteri ekstraseluler terutama melalui mekanisme fagositosis oleh neutrofil monosit serta makrofag jaringan. Resistensi bakteri terhadap fagositosis dan penghancuran dalam makrofag menunjukan virulensi bakteri. Aktivasi komplemen tanpa adanya antibodi juga memegang peranan penting dalam eliminasi bakteri eksraseluler. Lipopolisakarida (LPS) dalam dinding bakteri gram negative dapat mengaktivasi komplemen jalur alternative tanpa adanya antibodi. Salah satu hasil aktivasi komplemen ini yaitu mempunyai efek opsonisasi bakteri serta meningkatkan fagositosis. Selain itu terjadi lisis bakteri mlalui membrane attack complex (MAC) serta beberapa hasil sampingan aktivasi komplemen dapat menimbulkan respons inflamasi melalui pengumpulan (recruitment) seta aktivasi leukosit
            Endotoksin yang merupakan LPS merangsang produksi sitokinin oleh makrofag serta sel lain seperti endotil vascular. Fungsi fisiologis yang utama dari sitokin yang dihasilkan oleh makrofag adalah merangsang inflamasi non spesifik serta meningkatkan aktivasi limfosit spesifik oleh antigen bakteri. Sitokinin akan menginduksi neutrofil dan monosit pada endotel vascular pada tempat infeksi yang diikuti migrasi, akumulasi local serta aktivasi sel inflamasi. Kerusakan jaringan yang terjadi dalah akibat efek samping mekanisme pertahanan untuk eliminasi bakteri tersebut. Sitokinin juga merangsang demam dan sintesis protein fase akut
2.      Imunitas alamiah terhadap bakteri intraseluler
Mekanisme terpenting imunitas alamiah terhadap mikroorganisme intraseluler adalah fagositosis akan tetapi bakteri pathogen intraseluler relative resisten terhadap degradasi dalam sel fagosit mononuclear. Oleh karna itu mekanisme kekebalan alamiah ini tidak efektif dalam mencegah penyebaran infeksi sehingga sering menjadi kronik dan eksaserbasi yang sulit diberantas.
2.2  Komponen Imunitas Innate
Imunitas innate berupa komponen normal tubuh selalu ditemukan pada individu  dan siap mencegah mikroba masuk tubuh dan dengan cepat menyingkirkannya. Semua mekanisme pertahanan ini merupakan bawaan (innate), artinya pertahanan tersebut secara alamiah ada dan tidak adanya pengaruh secara intrinsic oleh kontak dengan gen infeksi sebelumnya. Mekanisme pertahanan ini berperan sebagai garis pertahanan pertama dan penghambat kebanyakan pathogen potensial sebelum menjadi nfeksi yang tampak.
Komponen imunitas innate yaitu:
1.      Barrier epitel
Tempat masuknya mikroba yaitu kulit, saluran gastrointestinal, dan saluran pernafasan dilindungi oleh epitel yang berfugsi sebagai barrier fisik dan kimiawi terhadap infeksi. Sel epitel memproduksi anibodi peptida yang dapat membunuh bakteri. Selain itu, epitel juga mengandung limfosit intraepitelial yang mirip dengan sel T namun hanya mempunyai reseptor antigen yang terbatas jenisnya. Limfosit ini dapat mengenali lipid atau struktur lain pada mikroba.
2.      Sistem fagosit
Terdapat dua jenis fagosit di dalam sirkulasi yaitu neutrofil dan monosit, yaitu sel darah yang dapat datang ketempat infeksi kemudian mengenali mikroba intraseluler dan memakannya (intracellular killing).
3.      Sel natural killer (NK)
Sel natural killer adalah suatu limfosit yang berespons terhadap mikroba intraseluler dengan cara membunuh sel yang terinfeksi dan memproduksi sitokinin untuk mengaktivasi makrofag. Sel NK berjumlah 10% dari total limfosit di darah dan organlimfoid perifer. Sel NK dapat mengenali sel penjamu yang sudah berubah akibat terinfeksi mikroba. Sel NK mempenyai berbagai reseptor untuk molekul sel penjamu, sebagian reseptor akan mengaktivasi sel NK dan sebagian lainnya menghambatnya. Reseptor pengaktivasi bertugas untuk mengenali fagosit yang mengandung virus dan bakteri
4.      Sistem komplemen
Sistem komplemen merupakan sekumpulan protein dalam sirkulasi yang penting dalam pertahanan terhadap mikroba. Banyak protein komplemen merupakan enzim proteolitik. Aktivasi komplemen membutuhkan aktivasi bertahap enzim-enzim ini. Protein yang teraktivasi berfungsi sebagai enzim proteolitik untuk memecah protein omplemen lainnya. System komplemen mempunyai tiga fungsi sebagai mekanisme pertahanan. Pertama, C3b menyelubungi mikroba sehingga mempermudah mikroba berikatan dengan fagosit. Kedua, hasil pemecahan komplemen bersifat kemoatraktan untuk neutrophil dan monosit, serta menyebabkan inflamasi ditempat aktivasi komplemen. Ketiga, tahap akhir dari aktivasi komplemen berupa pembentukan membrane attack complex (MAC)
5.      Sitokinin
Sebagai respon terhadap mikroba, makrofag dan sel lainnya mensekresi sitokin untuk memperantai reaksi seluler pada imunitas non spesifik. Sitokinin merupakan protein mudah larut yang berfungsi untuk komunikasi antar leukosit dan antara leukosit dengan sel lainnya. Sitokinin diproduksi dalam jumlah kecil sebagai respon terhadap stimulus eksternal. Sitokinin ini kemudian berikatan dengan reseptor di sel target. Pada respon imun non spesifik banyak makrofag akan teraktivasi dan mensekresi sejumlah besar sitokin yag dapat bekerja jauh dari tempat sekresinya.
6.      Protein plasma lainnya
Berbagai protein plasma yang diperlukn untuk membantu komplemen pada pertahanan melawan infeksi. Mannose-binding (MBL) di plasma bekerja dengan cara mengenali karbohidrat pada glikoprotein permukan mikroba dan menyelubungi mikroba untuk mempermudah fagositosis atau mengaktivasi komplemen melalui jalur lectin. C-reactive protein (CRP) terikat ke fosforikolin di mikroba dan menyelubungi mikroba tersebut untuk difagosit. Kadar protein plasma ini akan meningkat cepat pada infeksi. Protein fase akut: C-reactive protein (CRP) yang mengikat mikroorganisme, selanjutnya terjadi aktivasi komplemen melalui jalur klasik yang menyebabkan lisis mikroorganisme

2.3  Penghindaran Mikroba dari Imunitas Innate
Mikroba patogen dapat mengubah diri menjadi resisten terhadap imunits non-spesifik sehingga dapat memasuki sel penjamu. Beberapa bakteri intraseluler tidak dapat didestruksi di dalam fagosit. Listeria monocytogenes menghasilkan suatu protein yang membuatnya lepas dari vesikel fagosit dan masuk ke sitoplasma sel fagosit. Dinding sel mycobacterium mengandung suatu lipid yang akan menghambat penggabungan fagosom dengan lisosom berbagai. Mikroba lain mempunyai dinding sel yang tahan terhadap komplemen. Mekanisme ini digunakan juga oleh mikroba dalam melawan mekanisme efektor pada imunitas seluler dan humoral.

2.4  Peran Imunitas Innate dalam Menstimulasi Respon Imunitas Adaptif
Imunittas innate atau imunitas non-spesifik juga berfungsi untuk menstimulasi imunitas spesifik. Respon imun non spesifik akan menghasilkan suatu molekul yang bersama-sama dengan antigen mengaktivasi limfosit T dan B. aktivasi limfosit yang adaptif terhadap suatu antigen membutuhkan dua sinyai yaitu sinyal petama adalah antigen itu sendiri, sedangkan mikroba, respon imun non spesifik terhadap mikroba, dan sel penjamu yang rusak akibat mikroba merupakan sinyal kedua. Adanya sinyal kedua ini memastikan bahwa limfosit hanya berespon terhadap bahan-bahan agen infeksius, dan tidak berespon terhadap bahan-bhan non-mikroba. Pada vaksinasi respon imun spesifik atau adaptif dapat dirangsang oleh antigen, tanpa adanya mikroba. Dalam hal ini, pemberian antigen harus disertai dengan bahan tertentu yang disebut adjuvant yang akan merangsang respon imun non spesifik seperti halnya mikroba.
      Mikroba dan interferon gamma yang dihasilkan oleh sel natural killer (NK) akan merangsang sel dendrit dan makrofag untuk memproduksi 2 jenis pengaktivasi limfosit. Pertama sel dendrit dan makrofag mengekspresikan petanda permukaan yang disebut ko-stimulator. Ko-stimulator ini akan berikatan dengan reseptor sel T, kemudian bersama-sama dengan mekanisme pengenalan antigen akan mengaktivasi sel T. kedua sel T menjadi sel efektor pada imunitas seluler

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Imunitas innate merupakan mekanisme pertahaan tubuh non-spesifik yang mencegah masuknya dan menyebarnya mikroorgaisme dalam tubuh serta mencegah terjadinya kerusakan pada jaringan. Komponen imunitas innate yaitu: Barrier epitel, Sistem fagosit, Sel natural killer (NK), Sistem komplemen, Sitokinin, Protein plasma lainnya. Mikroba patogen dapat mengubah diri menjadi resisten terhadap imunitas non-spesifik sehingga dapat memasuki sel penjamu. Imunittas innate atau imunitas non-spesifik juga berfungsi untuk menstimulasi imunitas spesifik
3.2  Saran
Kita perlu menambah wawasan pengetahuan mengenai bagaimana cara kerja atau mekanisme imunitas innate (bawaan) dan juga perlu mengetahui mengenai mikroba yang resisten terhadap imunitas innate dalam tubuh kita sehingga dengan ini dapat meningkatkan perilaku kesehatan guna meningkatkan derajat ksehatan


DAFTAR PUSTAKA
Munasir Z. Respon Imun Terhadap Infeksi Bakteri. Sari Pediatri, Vol 2, No. 4. (online) http:// diakses pada 28 september 2016 pukul 02:25
Muhaiminrifai.lecture.ub.ac.id/files/2011/01/BAB-V.-PRINSIP-UMUM-IMUNITAS-INNATE-DAN-ADAPTIF.pdf
Eprints.undip.ac.id/44549/3/Dinda_Sekar_Paramitha_22010110120033_Bab2KTI.pdf

semoga bermanfaat ☺☺ GBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar