BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan
untuk mencapai tujuan separuhnya ditentukan oleh rencana yang telah ditetapkan,
dan setengahnya lagi oleh fungsi pengawasan atau monitoring. Perencanaan dan
monitoring merupakan fungsi yang penting dari manajemen. Dikatakan oleh
beberapa pakar manajemen bahwa fungsi dari monitoring mempunyai nilai yang sama
bobotnya dengan fungsi perencanaan.
Banyak
batasan tentang evaluasi, secara umum dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah
suatu proses uuntuk menilai atau menetapkan sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan tercapai. Evaluasi adalah membandingkan antara hasil yang telah
dicapai oleh suatu program dengan tjuan yang direncanakan, evaluasi merupakan
kegiatan lebih lanjut dari kegiatan pengukuran dan pengembangan indikator. Oleh
karena itu, dalam melakukan evaluasi harus berpedoman pada ukuran dan indikator
yang telah disepakati dan ditetapkan. Evaluasi juga merupakan suatu proses
umpan balik atas kinerja masa lalu yang berguna untuk meningkatkan
produktivitas di masa yang akan datang.
Dalam
pelaksanaan program gizi, terkadang kegiatan monitoring dan evaaluasi sering
dilalaikan. Sebagai contoh adalah kegiatan pemberian kapsul iodium di daerah
GAKI. Akibat tidak adanya monitoring dan evaluasi yang baik, program ini pada
akhirnya banyak menimbulkan kejadian hipertiroid, sehingga kegiatan pemberian
kapsul iodium tersebut akhirnya dihentikan. Contoh pelaksanaan program gizi
yang berhasil baik karena monitoring dan evaluasi yang baik adalah pemberian
kapsul vitamin A pada balita dan ibu nifas. Program vitamin A terbukti dapat
menurunkan kejadian xeroftalmia sekaligus mencegah kebutaan di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan monitoring dan evaluasi promosi gizi?
2. Bagiamana
monitoring dalam promosi gizi?
3. Bagaimana
evaluasi promosi gizi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan monitoring dan evaluasi promosi gizi.
2. Mengetahui
monitoring dalam promosi gizi.
3. Mengetahui
evaluasi dalam promosi gizi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Monitoring dan
Evaluasi Promosi Gizi
Monitoring
dan evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses manajemen, karena
dengan evaluasi aka diperoleh umpan balik (feedback)
terhadap program atau pelaksanaan kegiatan. Untuk mengetahui sejauh mana tujuan
yang direncanakan tersebut telah dicapai, maka diperlukan memonitoring dan
evaluasi. Monitoring dilakukan sejalan dengan evaluasi, dengan tujuan agar
kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan program berjalan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan baik dari waktu maupun jenis kegiatannya.
Dalam praktiknya, monitoring atau pemantau kadang diidentikan dengan evaluasi
proses dari suatu program. Dalam pelaksanaan program kesehatan masyarakat,
selain evaluasi juga dilakukan monitoring atau pemantauan program. Dalam
kegiatan monitoring, dilakukan pencatatan atau pengamatan , namun tidak
dilakukan penilaian sebagaimana yang dilakukan pada kegiatan evaluasi. Jika
terjadi ketidaksesuaian antara kegiatan dengan rencana yang telah ditetapkan,
maka akan dilakukan koreksi atau pembetulan, termasuk pembetulan terhadap
penggunaan sumber daya (biaya, tenaga, dan sarana).
2.2 Monitoring dalam Promosi Gizi
Menurut
Casely & Kumar (1987), definisi monitoring dapat bervariasi, tetapi prinsip
yang digunakan sama, yaitu monitoring merupakan penilaian yang terus-menerus terhadap
fungsi kegiatan-kegiatan proyek di dala konteks jadwal pelaksanaan dan terhadap
pengunaan input-input proyek oleh kelompok sasaran di dalam konteks
harapan-harapan rancangan.
Monitoring
yang dilakukan adalah dengan metode pengumpulan dan analisis informasi secara
teratur. Kegiatan ini dilakukan secara internal untuk menilai apakah input
sudah digunakan, apakah dan bagaimana kegiatan dilaksanakan, dan apakah output
dihasilkan sesuai rencana.
Monitoring
berfokus secara khusus pada efisiensi. Sumber data yang penting untuk
monitoring adalah alat verifikasi pada tingkat kegiatan, dan keluaran (output) yang umumnya merupakan dokumen
internal, seperti laporan bulanan/triwulan, catatan kerja dan perjalanan,
catatan pelatihan, notulen rapat dan sebagainya.
Menurut
Clayton & Petry (1983), monitoring adalah suatu proses mengukur, mencatat,
mengumpulkan, memproses, dan mengomunikasikan informasi untuk membantu
pengambilan keputusan manajemen projek.
Sementara
itu, menurut Dadang solihin (2008), monitoring
merupakan proses pengumpulan dan analisis informasi ( berdasarkan indikator
yang telah ditetapkan) secara sistematik dan berkelanjutan tentang
kegiatan/program, sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk
menyempurnakan kegiatan/program selanjutnya.
Beberapa
pakar manajemen mengemukakan bahwa fungsi dari monitoring mempunyai nilai yang
sama bobotnya dengan fungsi perencanaan. Keberhasilan uuntuk mencapai tujuan,
separuhnya ditentukan oleh rencana yang telah ditetapkan, dan setengahnya lagi
oleh fungsi pengawasan atau monitoring. Pada umumnya, perencanaan dan
monitoring merupakan fungsi yang penting dalam manajemen.
Dalam
monitoring tidak dilakukan penilaian seperti halnya pada evaluasi, tetapi hanya
mengamati dan mencatat. Apabila terjadi ketidaksesuaian antara kegiatan dengan
yang direncanakan, maka dilakukan koreksi. Demikian pula apabila terjadi
ketidakcocokan antara penggunaan sumber daya (biaya, tenaga, dan sarana) dengan
yang direncanakan, maka sebaiknya dilakukan pembetulan. Oleh sebab itu, dalam
praktiknya, monitoring atau pemantauan ini kadang-kadang diidentikan dengan evaluasi
proses dari suatu program.
Tujuan
Monitoring:
1. Mengkaji
apabila kegiatan yang telah dilaksanakan sudah sesuai dengan rencana
2. Mengidentifikasi
masalah yang muncul sehingga dapat langsung diatasi
3. Menilai
apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat untuk mencapai
tujuan.
4. Mengetahui
kaitan antara kegiatan dan tujuan untuk mengetahui ukuran kemajuan
5. Menyesuaikan
kegiatan dengan lingkungan yang berubah tanpa menyimpan dari tujuan.
Aspek-aspek
Monitoring adalah:
1. Aspek
masukan/input kegiatan
Termasuk
tenaga manusia, dana, bahan, peralatan, data, kebijakan, dll yang dibutuhkan
untuk melaksanakan kegiatan.
2. Aspek
proses/aktivitas
Aspek
kegiatan yang mencerminkan proses kegiatan seperti penelitian, pelatihan,
proses produksi, pemberian bantuan, dsb.
3. Aspek
keluaran/output
Aspek
kegiatan yang mencangkup hasil dari proses yang terutama berkaitan dengan
kuantitas/jumlah.
Langkah-langkah
dalam Monitoring:
1. Perencanaan
a. Merancang
sistem monitoring yang spesifik : apa yang akan dimonitor, mengapa, dan untuk
siapa (user)
b. Menentukan
ruang lingkup monitoring: luasnya area, apakah bersifat klinis, atau pelayanan
(service), siapa yang terlibat, dan beberapa lama monitoring akan dilakukan.
c. Memilih
dan menentukan indicator: menentukan batasan sasaran kelompok, misalnya balita.
d. Menentukan
sumber-sumber informasi, menentukan metode pengumpulan data, misalnya metode
observasi, interview petugas, rapid survey untuk cakupan, atau pengobatan di rumah.
2. Implementasi
e. Memilih
menentukan proses supervise dan prosesnya, ke mana akan di kirim.
f.
Tabulasi data dan analisis data:
membandingkan temuan atau pencapaian dengan perencanaan.
g. Temuan
dalam monitoring: apakah ada penyimpangan, bila ada perlu diidentifikasi
penyebabnya.
h. Menggali
penyebab dan mengambil tindakan perbaikan. Rencana monitoring perlu disusun
jangka pendek untuk menjamin bahwa tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana
dan memberi efek sesuai dengan harapan.
3. Menentukan
kelanjutan monitoring
Kegiatan monitoring
dirancang untuk memperoleh hasil kinerja saat ini atau jangka pendek untuk
manungajer. Ketika program memberikan perubahan yang signifikan, maka
kelangsungan program akan mendapatkan perhatian.
Penilaian secara periodik penting
dilakukan untuk mempertimbangkan kapan indicator atau frekuensi monitoring
dikurangi, atau pada bagian mana perlu direncanakan lagi dan dilanjutkan.
Tipe
Monitoring:
1. Monitoring
rutin
Kegiatan pengumpulan
informasi secara regular dengan menggunakan indicator kunci. Digunakan untuk
mengidentifikasi penerapan program, baik dengan atau tanpa perencanaan.
2. Monitoring
jangka pendek
Dilakukan untuk jangka waktu tertentu
dan biasanya untuk aktivitas yang spesifik. Biasanya untuk mengetahui apakah
proses sudah diterapkan sesuai rencana dan sesuai dengan keluaran (output) yang
diingikan.
2.3 Evaluasi dalam Promosi Gizi
Pengertian
evaluasi berasal dari kata “to evaluate”,
yang berarti menilai atau memberikan nilai. Evaluasi adalah bagian yang terkait
dari proses manajemen, termasuk juga manajemen promosi kesehatan. Semua orang
setuju bahwa setiap kegiatan promosi kegiatan promosi kesehatan harus
dievaluasi, tetapi evaluasi yang dilakukan dengan baik masih sangat sedikit .
setiap evaluasi selalu berusaha untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
seperti:
“perbedaan
apa yang sudah dihasilkan oleh kegiatan promosi kesehatan?”
“keuntungan
apa bagi kesehatan yang telah dihasilkan oleh kegiatan promosi?”
Evaluasi
merupakan kegiatan lebih lanjut dari kegiatan pengukuran dan pengembangan
indikator. Oleh karena itu, dalam melakukan evaluasi harus berpedoman pada
ukuran dan indicator yang telah disepakati dan ditetapkan. Evaluasi merupakan
suatu proses umpan balik atas kinerja masa lalu yang berguna untuk meningkatkan
produktivitas di masa yang akan datang.
Menurut
Dadang Solihin (2008), evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan
mengungkapkan masalah kinerja program/kegiatan untuk memberikan umpan balik bagi
peningkatan kualitas kinerja program/kegiatan.
Evaluasi
program merupakan evaluasi terhadap kinerja program, sebagaimana diketahui
bahwa program dapat didefinisikan sebgai kumpulan kegiatan-kegaitan nyata,
sistematis, dan terpadu yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi
pemerinta ataupun dalam rangka kerja sama dengan masyarakat, atau yang
merupakan partisipasi aktif masyarakat, guna mencapai sasaran dan tujuan yang
telah ditetapkan.
Evaluasi
program gizi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan dan hasil yang dicapai
dalam upaya peningkatan gizi masyarakat yang dilakukan oleh masing-masing
wilayah/daerah (Depkes, 2008).
Dalam
pelaksanaan program gizi, terkadang kegiatan monitoring dan evaluasi sering
dilalaikan. Sebagai contoh adalah kegiatan pemberian kapsul iodium di daerah
GAKI. Akibat tidak adanya monitoring dan evaluasi yang baik, program ini pada
akhirnya banyak menimbulkan kejadian hipertiroid, sehingga kegiatan pemberian
kapsul iodium tersebut akhirnya dihentikan. Contoh pelaksanaan program gizi
yang berhasil baik karena monitoring dan evaluasi yang baik adalah pemberian
kapsul vitamin A pada balita dan ibu nifas. Program vitamin A terbukti dapat
menurunkan kejadian xeroftalmia sekaligus mencegah kebutaan di Indonesia.
Sustainability
atau kesinabungan proses evaluasi sangat penting dilakukan dalam pelaksanaan
program kesehatan termasuk program perbaikan gizi, sehingga kemajuan
kegiatan/program dan hasil yang dicapai dapat dinilai untuk mengambil
langkah-langkah perbaikan terkait kendalah atau masalah yang timbul.
Data
yang didapat dari pelaksanaan evaluasi suatu program dapat digunakan untuk
melahirkan berbagai kebijakan baru di bidang kesehatan. Sosialisasi dan
advokasi kepada pihak terkait penting dilakukan untuk menentukan kebijakan baru
terkait hasil evaluasi dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakt.
Jika
ditemukan kegagalan suatu program, perlu dilakukan evaluasi mencakup mencari
faktor-faktor penyebab keg glan, apakah
sasaran tidak tepat, atau produk yang digunakan tidak sesuai kebutuhan
masyarakat. Sering terjadi kegagalan suatu program bukan pada kegiatan
monitirong dan evaluasi, tetapi karena perencanaan dan penentuan kelompok
sasaran yang tidak tepat. Data monitoring dan evaluasi dapat juga digunakan di
bidang surveilans untuk menetapkan kebijakan/program yang lain sesuai temuan
hasil evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan oleh pihak internal maupun eksternal
(orang luarbukan pelaksana program). Evaluasi oleh pihak internal sering
bersifat bias, karena cenderung memperlihatkan hassil positif atau hasil yang
baik-baik saja dan menyembunjikan kegagalan, sedangkan evaluasi dari pihak
eksternal bersifat objektif, sesuai hasil yang sebenarnya.
Pihak-pihak
yang berkaitan dengan evaluasi :
Menurut
Fitzgibbon dan Morris (1987), gambaran klasik dari suatu evaluasi menyangkut
tiga pihak, yaitu manager, evaluator dan programme worker.
1. Manager
(pengelolah program evaluasi)
Seseorang yang membuat
keputusan tentang sumber daya. Mereka akan menggunakan evaluasi untuk menolong
mereka membuat keputusan apakah kegiatan promosi kesehatan seharusnya
dilanjutkan, diulangi atau dihentikan.
2. Evaluator
Seseorang yang
mengumpulkan informasi tentang kegiatan promosi kesehatan dan hasil dari
kegiatan tersebut, kemudian menginterpretasikan informasi tersebut untuk
mencari apa yang telah dicapai oleh kegiatan promosi kesehatan. Seorang
evaluator tidak mempunyai kepentingan untuk mendukung atau menentang kelanjutan
dari kegiatan promosi kesehatan. Mereka hanya tertarik untuk mecoba menilai
efek dari kegiatan tersebut.
Untuk evaluator, menjaga
posisi yang tepat sangat sulit. Di dalam melaksanakan tugas untuk mengumpulkan
informasi pada proyek promosi kesehatan, evaluator harus mengerti apa yang
sedang dilakukan dan bagaimana proses terjadinya, dan karena itu butuh
kedekatan dengan proyek dan pekerjanya. Di waktu yang sama, evaluator harus
dipercaya oleh manager untuk mengerti kerangka keputusan manajerial dan
memberikan evaluasi yang tidak sekedar merupakan pengulangan pandangan atau
pendapat pekerja proyek.
3. Programme worker
(pekerja program)
Seseorang yang melakukan
kegiatan promosi kesehatan. Mereka mempunyai pengetahuan yang mendalam dan
terperinci tentang bagaimana kegiatan berjalan, tetapi mungkin menjadi sulit
untuk menerima pandangan atau pendapat yang lain.
Dalam kenyataannya, situassi yang
terjadi menjadi lebih rumit dan satu orang dapat memainkan lebih dari satu
peran. Kadang-kadang manager juga sebagai evaluator. Sering kali pekerja
program juga sebagai evaluator dan berusaha mengevaluasi diri.
Menurut
Mubarak (2009), langkah-langkah daalam evaluasi adalah:
1. Menentukan
tujuan evaluasi
Tujuan dari evaluasi
harus dimengerti, sebab hal ini mempengaruhi bagian apa dari program yang perlu
diamati, selanyutnya mempengaruhi pula jenis informasi yang akan dikumpulkan.
2. Menentukan
bagian apa dari program yang akan dievaluasi
Apa yang akan dievaluasi,
apakah masukannya, proses, keluaran, atau dampaknya, atau kombinasi dari
bagian-bagian tersebut.
3. Mengumpulkan
data awal (baseline data)
Data ini dapat digunakan
sebagai perbandingan, antara sebelum diadakan suatu kegiatan dengan situasi
sesudah diadakan kegiaatan. Data awal yang diperlukan bergantung pada apa yang
akan dinilai dan maksud penilaian.
4. Mempelajari
tujuan program
a. Tujuan
program merupakan syarat penting suatu program, agar penilaian dapat dilakukan
dengan baik
b. Tujuan
harus dapat diukur dan jelas
c. Tujuan
dapat dirumuskan menjadi tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
d. Tujuan
jangka pendek adalah tujuan yang ingin dicapai dalam waktu dekat, merupakan
loncatan untuk bisa sampai pada tujuan jangka menengah.
e. Tujuan
jangka menengah yaitu untuk bisa sampai pada tujuan akhir harus dicapai dulu,
kemudian bisa mencapai tujuan jangka panjang.
f.
Tujuan jangka panjang merupakan tujuan
akhir dari suatu program
5. Menentukan
tolak ukur (indicator)
Perlu ditetapkan patokan
apa yang akan digunakan sebagai dasar pengukuran. Dengan kata lain, harus
ditentukan apa yang akan diukur.
6. Menentukan
cara atau metode menilai, alat penilaian, dan sumber datanya
7. Mengumpulkan
data
8. Mengolah
dan menyimpulkan data yang didapat
9. Umpan
balik (feedback) dan saran-saran
tindakan lebih lanjut kepada program berikutnya berdasarkan hasil evaluasi
tersebut
Tujuan
evaluasi:
Menurut
Prayitno (1997), tujuan evaluasi yaitu:
1. Untuk
memperbaiki kebijakan pelaksanan program dan perencanaan program yang akan
datang
2. Untuk
memperbaiki alokasi sumber daya
3. Untuk
memperbaiki pelaksaan suatu kegiatan yang sedang berjalan
4. Untuk
mengadakan perencanaan kembali yang lebih baik terhadap suatu program
Tujuan
utama dari penilaian/evaluasi adalah agar hasil penlaian tersebut dapat
digunakan sebagai umpan balik untuk perencanaan sebelumnya (Muninjaya, 2004).
Jenis-jenis
evaluasi:
1. Evaluasi
formatif
a. Dilakukan
untuk menilai suatu program yang hasilnya digunakan untuk pengembangan atau
perbaikan program
b. Evaluasi
promatif dilakukan pada saat program sedang berjalan dan digunakan untuk
menemukan bagaimana cara program dapat diperbaiki atau ditingkatkan dan membuat
program promosi kesehatan tersebut berjalan lebih baik. Evaluasi ini cenderung
focus pada proses dan akan menjadi ketertarikan yang besar dari pekerja proyek.
c. Evaluasi
formatif digunakan untuk memperoleh informasi dengan penekanan strategi pada
usaha memberikan informasi yang berguna secepatnya bagi perbaikan program
d. Desain
evaluasi (fixed atau semergent) dibuat bersama orang-orang proyek dan direvisi
untuk mencapai kebutuhan mereka
2. Evaluasi
sumatif
a. Merupakan
suatu evaluasi yang dilakukan untuk menilai hasil akhir dari suatu program
b. Evaluasi
sumatif dilakukan pada akhir dari proyek promosi kesehatan atau pada saat
program sudah selesai
c. Digunakan
untuk memutuskan apakah suatu proyek promosi kesehatan seharusnya dilanjutkan
atau diulang. Evaluasi ini cenderung fokus kepada hasil atau outcome. Manajer
cenderung lebih tertarik kepada evaluasi sumatif, yang dikelompokan dalam dua
bentuk:
a. Evaluasi
output, yaitu evaluasi untuk menilai hasil kegiatan program
b. Evaluasi
dampak/outcome, yaitu evaluasi untuk menilai dampak dari hasil pelaksanaan
program
d. Evaluasi
sumatif digunakan untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan.
Evaluasi sumatif juga digunakan untuk menilai apakah suatu program akan
diteruskan atau dihentikan saja. Evaluator harus dapat dipercaya oleh sejumlah
audiens yang akan dipengaruhi oleh keputusan. Untuk usaha-usaha yang dibiaya
perorangan, evaluaasi sumatif ini lebih popular dibandingkan formatif.
e. Pada
evaluasi sumatif, evaluasi berfokus pada variable-variabel yang dianggap
penting oleh sponsor atau pembuat
keutusan. Evaluator luar atau tim review sering dipakai karena evaluator
internal dapat berminat lain.
Strategi
pengumpulan informasi akan memaksimalkan validitas eksternal dan internal yang
mungkin dikumpulkan dalam waktu yang cukup lama. Desain evaluasi dapat berupa emergent dai fixed, yang dibuat untuk
mencapai kebutukan sponsor atau pemegang kunci keputusan. Meskipun demikian,
pada praktik evaluasi program sekaligus mencangkup kedua tujuan tersebut.
Evaluasi
suatu program kesehatan masyarakat dilakukan terhadap tiga hal, yaitu evalusi
terhadap proses pelaksaan program, evaluasi terhadap hasil program, dan
evaluasi terhadap dampak program.
1. Evaluasi
terhadap proses program
Ditujukan terhadap
pelaksaan program yang menyangkut penggunaan sumber daya, seperti, tenaga,
dana, dan fasilitas lain. Pertanyaan pada evaluasi proses antara lain:
g. Berapa
banyak orang yang menghadiri pertemuan tersebut?
h. Apakah
orang-orang menikmatinya?
i.
Berapa banyak orang-orang yang meminta
leaflet/brosur?
j.
Apakah brosur dirancang dengan baik dan
sesuai untuk tujuan mereka?
k. Apakah
metode yang digunakan sesuai?
Pemeriksaan
yang terperinci dari proses akan menunjukan bagaimana kegiatan dapat diperbaiki
atau ditingkatkan dan memberikan pengetahuan tentang kegiatan dari proyek
tersebut.
2. Evaluasi
terhadap dampak program
Ditunjukan untuk menilai
sejauh mana program tersebut berhasil, yaitu sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan tercapai. Misalnya, meningkatkan cakupan imunisasi, meningkatkan ibu
hamil yang memeriksakan kehamilannya, dan sebagainya.
Evaluasi hasil (outcome)
mempertanyakan apakah kegiatan promosi kesehatan telah mempengaruhi pengetahuan
masyarakat, sikap, perilaku, atau kesehatan kea rah yang diinginkan. Evaluasi
ini mengajukan pertanyaan antara lain:
a. Berapa
banyak ibu yang memiliki pengetahuan lebih baik tentang pemberian makan bayi?
b. Berapa
banyak orang yang berniat untuk melakukan lebih banyak olahraga?
c. Berapa
banyak ibu yang terus menyusui setelah minggu pertama?
d. Berapa
banyak orang yang menurun berat badanya?
e. Berapa
banyak angka kematian akibat kanker paru yang telah berkurang?
Jenis
evaluasi hasil (outcome) ini cenderung lebih sulit, tetapi hal tersebut
diperlukan untuk menilai apakah kegiatan promosi kesehatan telah efektif.
Evaluasi yang paling baik mengandung campuran dari evaluasi proses dan evaluasi
hasil.
3. Evaluasi
dampak program
Ditujukan untuk menilai
sejauh mana program tersebut mempunyai dampak terhadap peningkatan kesehatan
masyarakat. Dampak program kesehatan ini tercermin dari membaiknya atau
meningkatnya indikator-indikator kesehatan masyarakat. Misalnya, menurunya
angka kematian bayi (AKB), meningkkatnya status gizi anak balita, menurunya
angka kematian ibu, dan sebagainya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Monitoring
dan evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses manajemen, karena
dengan evaluasi aka diperoleh umpan balik (feedback) terhadap program atau
pelaksanaan kegiatan. monitoring merupakan penilaian yang terus-menerus
terhadap fungsi kegiatan-kegiatan proyek di dala konteks jadwal pelaksanaan dan
terhadap pengunaan input-input proyek oleh kelompok sasaran di dalam konteks
harapan-harapan rancangan. Evaluasi program gizi dilakukan untuk menilai
kemajuan kegiatan dan hasil yang dicapai dalam upaya peningkatan gizi
masyarakat yang dilakukan oleh masing-masing wilayah/daerah
3.2 Saran
Monitoring
dan evaluasi program yang berkaitan dengan gizi perlu dilakukan karena hal
tersebut sangat penting dalam menilai baik kemajuan maupun hasil kegiatan yang
dilakukan untuk menilai dalam upaya peningkatan gizi dimasyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Portal.endekab.go.id/pemerintahan/executive.dinas/pertembangan-dan-energi/kesehatan/pertambangan-dan-energi
/kesehatan/-html?start =2
Infopilkada kpu.go.id/sitap 2015/assets/4a20a47/visimisi_program20%DAN%20KEGIATAN%202015%202020.pdf
Gizi.undip.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/GBPP-promosi_advokasi-dan-edukasi-gizi.pdf
woahhhhh
BalasHapus