Senin, 21 November 2016

Penilaian status gizi klinis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Gizi  merupakan suatu proses organisme menggunakan makanan yang di konsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak di gunakan lagi. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, di bedakan antara gizi kurang, baik, dan lebih berkaitan juga dengan keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.   Dalam penilaian status gizi terbagi menjadi dua bagian yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Dalam penilaian status gizi salah satunya yaitu dengan metode pemeriksaan secara klinis.
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Penilaian status gizi perlu dipertimbangkan dalam memilih metode penilaian status gizi yang meliputi tujuan, unit sampel yang diukur, jenis informasi yang dibutuhkan, tingkat reliabilitas, dan akurasi yang dibutuhkan. Dalam penentuan status gizi secara klinis terdapat pembagian pemeriksaan yaitu riwayat medis dan juga pemeriksaan fisik.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan penentuan status gizi secara klinis?
2.      Bagaimana tanda dan gejala beberapa gangguan akibat kekurangan gizi
3.      Apa saja kelemahan dan kelebihan dalam penilaian gizi klinis?
3.3  Tujuan
1.      Mengetahui pengertian  penentuan status gizi secara klinis.
2.      Mengetahui tanda dan gejala beberapa gangguan akibat kekurangan gizi.
3.      Mengetahui kelemahan da kelebihan dalam penilaian gizi klinis.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Penentuan Status Gizi Secara Klinis
Penilaian status gizi secara klinis merupakan metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya digunakan untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
            Riwayat medis dan pengujian fisik merupakan metode klinis yang digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda (pengamatan yang dibuat oleh dokter) dan gejala-gejala (manifestasi yang dilaporkan oleh pasien) yang berhubungan dengan malnutrisi. Tanda-tanda atau gejala ini sering tidak spesifik dan hanya berkembang selama tahap deplesi (pengosongan cadangan zat gizi dalam tubuh) yang sudah parah.karena alasan tersebut, diagnosis defisiensi gizi tidak boleh mengandalkan hanya pada metode klinis sebenarnya yang diinginkan adalah upaya untuk mendeteksi defisiensi zat gizi marginal, yaitu sebelum berkembangnya sindrom klinis.oleh karena itu metode laboratorium harus digunakan sebagai pelengkap metode klinis.

2.2  Tanda dan Gejala Beberapa Gangguan Akibat Kekurangan Gizi
Tanda dan gejala beberapa gangguan akibat kekurangan gizi
1.      Kekurangan energi protein (KEP)
Tanda dan gejalanya yang dibedakan antara kwashiorkor dan marasmus. Tanda dan gejala kwahasiorkor adalah pembengkakan kaki dan tangan, wajah sembab, otot kendur rambut kemerahan dan mudah putus, muka seperti bulan, tanda dan gejala marasmus adalah berat badan kurang menurut umurnya, muka seperti orang dewasa, kulit keriput, rambut berwarna kemerahan dan agak jarang, kelihatan sangat kurus dan tinggal tulng, diikuti dehidrasi.
2.      Kekurangan vitamin A (KVA)
Tanda dan gejala buta senja (pada senja hari kemampuan melihat berkurang), Xerophtalmia (kelainan pada mata)
3.      Kurang besi (anemia)
Tanda dan gejala seperti cepat lelah, napas pendek, denyut jantung kencang, susah buang air besar, nafsu makan kurang, kepala pusing, mata berkunang-kunang, serta pucat pada wajah, bibir, telapak tangan, telapak kaki, kuku, dan lipatan pelupuk mata sebelah dalam.
4.      Kurang iodium
Tanda dan gejala seperti pembesaran kelenjar gondok, ganggun pertumbuhan fisik, hambatan mental, bisu-tuli/ kurang vitamin C, gusi membengkak, kemerahan, mudah berdarah bila ditekan
5.      Kurang vitamin B12
Tanda dan gejala seperti bibir pecah-pecah, sudut bibir luka sobek, kulit sekitar hidung yang kering dan kasar berbintik-bintik, kornea mata banyak terdpat urat darah halus

2.3  Kelemahan dan kelebihan Penilaian Klinis
Kelemahan-kelemahan dalam penilaian klinis yaitu:
1.      Gejala yang tidak spesifik
Gejalah defisiensi suatu nutrient sering sama dengan defisiensi nutrient yang lain. Contoh: angularstomatis merupakan gejala defisiensi dan riboflavin, niasin, biotin, B6, atau Fe.
2.      Tanda-tanda fisik ganda akibat ada defisiensi nutrien yang lain. Contoh defisiensi folat diinduksikan oleh defisiensi vitamin B12 akibat penurunan aktivitas metionin sintetase (aktivitasnya membutuhkan metilkobalmin dalam siklus metilasi)
3.      Gejalah dua arah (defisiensi atau perbaikan)
Contohnya yaitu: hepatomegaly merupakan tanda PEM atau PEM dalam masa penyembuhan
4.      Tidak konsisten dalam pemeriksaan
Contohnya yaitu pemeriksaan yang belum berpengalaman menyatakan suatu gejala itu ringan, namun oleh pemeriksa yang sudah berpengalaman menyatakan berat.
5.      Penyakit dengan etiologi yang sama namun pola gejalanya berbeda pada tiap penderita oleh karena adanya:
a.       Faktor genetik
b.      Level aktivitas
c.       Lingkungan
d.      Pola makan
e.       Umur
f.        Derajat dan kecepatan timbulnya malnutrisi
Contoh : defisiensi vitamin D pada anak-anak gejalanya adalah riketsia sedangkan papa orang dewasa gejalanya adalah osteomalasia
Kelebihan dari penentuan status gizi secara klinis yaitu:
a.       Relative murah
b.      Tidak memerlukan tenaga khusus
c.       Sederhana, cepat dan mudah diinterpretasikan
d.      Tidak perlu memerlukan peralatan yang rumit

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Penilaian status gizi secara klinis merupakan metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat dan digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit. Riwayat medis dan pengujian fisik merupakan metode klinis yang digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda (pengamatan yang dibuat oleh dokter) dan gejala-gejala (manifestasi yang dilaporkan oleh pasien) yang berhubungan dengan malnutrisi

3.2  Saran
Kita perlu mengetahui dan mengembangkan pengetahuan menenai gizi dan juga cara penilaian status gizi tersebut, berbagai cara dalam menilai status gizi salah satunya yaitu metode pemeriksaan klinis yang merupakan metode penting dalam menilai status gizi yang dapat mengukur derajat kecukupan gizi suatu Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-galihahmad-5187-3-bab2.pdf
Lontar.ui.ac.id/file?=digital/122525-S%205254-faktor-faktor-tinjauan%20literatur.pdf

Yuniastuti, Ari. 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar