Kamis, 24 November 2016

sistem kekebalan non spesifik

SISTEM KEKEBALAN NON SPESIFIK (Innate Immunity System)
Tubuh kita memberi proteksi terhadap seluruh bagian tubuh dengan berbagai mekanisme. Kabanyakan mekanisme ini berfungsi sejak dari waktu kelahiran dan disebut kekebalan bawaan yang termasuk di dalamnya adalah leukosit. Sel-sel yang menetap dan yang beredar dari sistem retikuloendotelial bertindak sebagai sel-sel makrofaga yang memfagosit bakteri dan
benda-benda asing.
Kulit yang masih utuh merupakan rintangan
yang secara normal tidak dapat ditembus oleh
bakteri atau virus, meskipun goresan yang
sangat kecil sekalipun memungkinkan masuknya
mikroorganisme tersebut. Dengan demikian,
membrane mukosa yang melapisi saluran
pencernaan, saluran respirasi, dan saluran
genitouriner menghalangi masuknya mikroba
yang secara potensial bersifat membahayakan.
Selain itu, sekresi dari kelenjar minyak dan
kelenjar keringat akan memberikan pH kulit
yang berkisar antara 3 sampai 5 yang cukup
asam untuk mencegah kolonisasi olehg banyak
mikroba.
Mikroba yang berhasil menembus garis
pertahanan pertama, kulit, akan menghadapi
garis pertahanan kedua. Mekanisme internal
pertahanan non-spesifik tubuh terutama
bergantung pada fagositosis, yaitu proses
penelanan organisme yang menyerang tubuh
oleh jenis sel darah putih tertentu.
Menurut Fedik (2003) pertahanan tubuh yang
mempunyai sifat tidak spesifik dan merupakan
bagian sistem imun yang berfungsi sebagai
barrier terdepan pada awal terjadinya infeksi
penyakit, oleh karena itu sering disebut
natural atau native immunity. Yang termasuk
innate immunity adalah makrofag, sel darah
merah dan sel asesories . Dapat mendeteksi
adanya benda asing & melindungi tubuh dari
kerusakan yang diakibatkannya, namun tdk dpt
mengenali benda asing yang masuk ke dalam
tubuh. Yang termasuk dlm sistem ini:
1. Reaksi inflamasi/peradangan .
Merupakan respons lokal tubuh thd infeksi atau
perlukaan . Tidak spesifik hanya untuk infeksi
mikroba, tetapi respons yg sama juga terjadi
pada perlukaan akibat suhu dingin, panas, atau
trauma. Fagosit merupakan pemeran utama
yang terdiri dari: neutrofil, monosit, &
makrofag.
Tahap inflamasi:
Masuknya bakteri ke dalam jaringan.
Vasodilatasi sistem mikrosirkulasi area yg
terinfeksi dapat meningkatkan aliran darah.
Permeabilitas kapiler & venul yang terinfeksi
terhadap protein meningka sehingga difusi
protein & filtrasi air ke interstisial. Keluarnya
neutrofil lalu monosit dari kapiler & venula ke
interstisial . Penghancuran bakteri di jaringan
akan mengakibatkan fagositosis (respons
sistemik: demam) yang selanjutnya yaitu
perbaikan jaringan.
1. B. Protein antivirus (interferon)
Interferon adalah protein yang membantu
untuk melindungi sel-sel tubuh yang sehat di
sekitarnya terhadap virus. Interferon yang
dihasilkan sebagai respon terhadap suatu virus,
memberikan perlindungan kepada sel-sel
terhadap invasi yang sama atau virus lainnya.
Interferon berfungsi untuk melawan infeksi
yang disebabkan oleh virus, meningkatkan
sistem kekebalan, efektif untuk melawan
melanoma (kanker kulit), leukemia, membantu
menyembuhkan rematik tulang (Pacito, 2010).
Sel yang terinfeksi virus akan mengeluarkan
interferon. Interferon mengganggu replikasi
virus (antivirus), ‘interfere’. Interferon juga
memperlambat pembelahan & pertumbuhan sel
tumor dengan meningkatkan potensi sel NK &
sel T sitotoksik (antikanker). Peran interferon
yg lain yaitu meningkatkan aktivitas
fagositosis makrofag & merangsang produksi
antibodi.
1. C. Sel natural killer (NK)
Pertahanan non-spesifik juga meliputi sel
pembunuh alami (Natural Killer). Sel NK tidak
menyerang menyerang mikroorganisme secara
langsung, tetapi merusak sel tubuh yang
diserang oleh virus dan juga sel-sel abnormal
yang dapat membentuk tumor. Sel NK tidak
bersifat fagositik, melainkan menyerang
membrane sel sehingga sel tersebut lisis.
Menurut Darmono (2006) Sel natural killer
(NK) adalah sel limfosit yang ditemukan di
dalam darah dan organ limfosit perifer, yang
mampu membunuh sel yang terinfeksi virus
atau sel tumor tanpa melibatkan sistem imun
dan restriksi MHC. Sel NK juga disebut sebagai
granuler limfosit yang besar atau sel nul
karena ditandai dengan absennya penanda
permukaan yang khas seperti sel-T dan sel-B. sel-NK juga mampu menghancurkan
(menghaluskan) sel target dengan kontak
langsung tanpa perantara antibody atau
Antibody Dependent Celluler Cytoxicity (ADCC).
Sel NK dapat mengenali host cell yang sudah
berubah akibat terinfeksi mikroba. Mekanisme
pengenalan ini belum sepenuhnya diketahui. Sel
NK mempunyai berbagai reseptor untuk molekul
host cell, sebagian reseptor akan mengaktivasi
sel NK dan sebagian yang lain menghambatnya.
Reseptor pengaktivasi bertugas untuk
mengenali molekul di permukaan host cell yang
terinfeksi virus, serta mengenali fagosit yang
mengandung virus dan bakteri. Reseptor
pengaktivasi sel NK yang lain bertugas untuk
mengenali molekul permukaan host cell yang
normal (tidak terinfeksi) (Anonymous, 2010).
1. D. Sistem komplemen
Sistem komplemen ialah seri (lebih dari 18
macam) protein plasma yang dihasilkan oleh hati
dan beredar di dalam pembuluh darah dalam
keadaan inaktif. Apabila ada mikroorganisme
tersebut akan mengaktifkan sistem komplemen.
Hal lain yang dapat mengaktifkan sistem
komplemen, yaitu jika terdapat kompleks
antibodi yang telah melekat pada antigen.
Sistem komplemen merupakan sekumpulan
protein dalam sirkulasi yang penting dalam
pertahanan terhadap mikroba. Banyak protein komplemen merupakan enzim proteolitik.
Aktivasi komplemen membutuhkan aktivasi bertahap enzim-enzim ini yang dinamakan
enzymatic cascade . Protein komplemen yang teraktivasi berfungsi sebagai enzim proteolitik untuk memecah protein komplemen lainnya. Bagian terpenting dari komplemen adalah C3 yang akan dipecah oleh enzim proteolitik pada awal reaksi complement cascade menjadi C3a dan C3b. Fragmen C3b akan berikatan dengan mikroba dan mengaktivasi reaksi selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar